SPI BUMD AM Harus Menjadi Garda Terdepan
Untuk mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) layanan air minum aman di tahun 2030, BUMD air minum (AM) menjadi andalan terdepan di Indonesia. Terlebih dengan kondisi coverage service nasional 22 persen di tahun 2020. Seiring dengan keterbatasan dana pemerintah (APBN dan APBD), manajemen BUMD AM dituntut melakukan inovasi dan optimalisasi kapasitas yang masih idle capacity dan perluasan cakupan layanan.
Selaku asosiasi perusahaan air minum di seluruh Indonesia, PERPAMSI diharapkan ikut mendorong terciptanya coverage service nasional yang lebih baik. Langkah yang bisa dilakukan tentu tidak dengan bantuan secara fisik tetapi dengan mendorong peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM) para insan air minum.
Terkait hal ini, bekerja sama dengan PT Lima Pemenang Konsultan, PERPAMSI menyelenggarakan "In House Training Satuan Pengawas Intern (SPI)". Kegiatan yang dilaksanakan di Swissbell Hotel Jakarta, Kamis (22/9), diikuti 68 peserta dari BUMD AM seluruh Indonesia.
Dalam arahannya mewakili Ketua Umum PERPAMSI, Tenaga Ahli PERPAMSI Subekti menekankan pentingnya peran dan keberadaan unit SPI di BUMD AM dalam rangka ikut menjaga dan mengawal berjalannya tata kelola perusahaan yang baik (good corporate govenance/GCG).
Subekti menekankan pentingnya peran dan keberadaan unit SPI di BUMD AM dalam rangka ikut menjaga dan mengawal berjalannya tata kelola perusahaan yang baik (good corporate govenance/GCG).
“SPI diharapkan untuk melakukan penilaian secara berkala dan menyeluruh atas aspek kegiatan/operasional perusahaan yang memiliki risiko perusahaan karena sekarang beberapa regulasi harus berbasis manajemen resiko. Ada RPAM, RISPAM, business plan, RKAP dan sebagainya. Peran SPI sangat dibutuhkan di sana,” ungkap Subekti.
Dikatakan, para anggota SPI di BUMD AM harus bisa menjaga integritas, kerja sama tim dan profesionalisme dalam melaksanakan pekerjaan. Integritas tidak bisa ditawar-tawar. Kerja sama tim sangat penting karena tidak ada organisasi yang bisa maju bila timnya berantakan, termasuk di BUMD AM. Profesionalisme, lanjutnya, tidak hanya meningkatkan knowledge dan skill, tetapi juga attitutude atau etika.
Subekti juga menyampaikan, saat ini banyak perusahaan yang melakukan ekspansi dengan kerja sama berbasis kinerja, berbasis angsuran dan sebagainya. Hal seperti ini harus benar-benar dipahami tidak hanya dari sisi regulasi tapi komersialnya/bisinisnya karena jangka panjang. "Nah, SPI diharapkan menjadi garda terdepan dalam proses pengembangan perusahaan,” pesannya. Ia pun meminta para peserta memanfaatkan kesempatan training tersebut dengan sebaik-baiknya.
“Pemberi materi saat ini adalah Bu Ellya Noorlisyati, di samping sangat aktif di Ikatan Akuntan Indonesia, juga berpengalaman sebagai Dewan Pengawas di PAM Jaya dan PD PAL Jaya. Sehingga harapan kami, para peserta pelatihan dapat menggali ilmu dari beliau,” imbuh Subekti.
Dalam in house training tersebut, para peserta mendapatkan materi seputar pedoman kerja SPI pada BUMD AM, apa itu internal audit, prinsip inti menjadi internal audit yang profesional, kode etik, standar internal audit, dan prosedur kerja SPI pada BUMD AM anggota PERPAMSI.
Baik PERPAMSI maupun pelaksana in house training berharap melalui kegiatan ini bisa memberikan gambaran yang jelas atas kebijakan sistem pengendalian intern bagi para pejabat, karyawan dan pihak lain yang terkait tentang apa dan bagaimana melaksanakan proses pemeriksaan internal sehingga dapat dilaksanakan secara transparan dan berkualitas.
Di samping itu, memberikan pemahaman tentang tupoksi bagi para pihak yang terlibat dalam melakukan aktivitas audit intern sehingga dapat dihindarkan timbulnya keraguan dan kesalahpahaman dalam pelaksanaannya. Serta memberikan pemahaman tentang pentingnya melaksanaan perencanaan dalam melaksanakan aktivitas pemeriksaan intern.
Penulis: Ahmad Zazili