PDAM Tirta Bangka Ajak Dewan Studi Banding ke Jawa Barat

Kunjungan kerja Pansus DPRD Kabupaten Bangka (Pansus Penyertaan Modal Pemda ke PDAM) dilakukan selama dua hari berturut-turut. Kunjungan pertama dilakukan di PDAM Tirtawening Kota Bandung, Rabu, (16/3). Sehari setelahnya atau Kamis, (17/3), dilanjutkan kunjungan ke PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor. Kunjungan kerja ini juga dimanfaatkan manajemen Tirta Bangka untuk melakukan koordinasi dan konsolidasi ke Direktorat Sistem Manajemen Investasi (SMI), Kementerian Kuangan.

Rombongan dewan terdiri dari 18 orang dan dipimpin langsung Ketua DPRD Kabupaten Bangka Parulian dan Ketua Pansus 1 Desy Arisandi. Dari pihak Tirta Bangka, hadir dan  mendampingi Direktur Wellindra Bashir dan dua orang staf di bagian humas dan umum. Di PDAM Tirtawening, para tamu diterima Direktur Utama PDAM Tirta Wening Sonny Salimi, sementara di PDAM Tirta Pakuan diterima Direktur Umum Sya'ban Maulana.

Menurut Wellindra Bashir, dipilihnya kedua PDAM tersebut sebagai tolak ukur dimana kedua pemerintah daerahnya cukup besar menginvestasikan dana (dalam bentuk penyertaan modal). “Tanpa penyertaan modal akan sulit PDAM untuk bangkit. Karena PDAM mengusung misi sosial dan pelayanan. Namun harus hati-hati juga dalam memahami dan menerapkan regulasi yang ada agar tidak menyimpang dari aturan hukum yang berlaku,” jelas Wellindra dalam siaran pers yang dikirim ke redaksi MAM, baru-baru ini.

Wellindra berharap dengan adanya studi banding, para dewan bisa lebih peduli dan memiliki komitmen tinggi terhadap PDAM Tirta Bangka. Terlebih, salah satu visinya yakni mewujudkan PDAM Tirta Bangka sebagai ikon dalam pelayanan air bersih yang prima dengan sumber daya manusia berbasis Iptek di Kabupaten Bangka. “Karenanya saya berharap adanya saran, masukan dan kritik dari masyarakat dan media yang peduli terhadap kinerja PDAM. Semata untuk perbaikan pelayanan air bersih di Kabupaten Bangka,” katanya.

Soal studi banding, Wellindra mengaku cukup bersyukur mereka bisa melakukannya mengingat kondisi sebelumnya yang kembang-kempis. “Dulu jangankan studi banding, untuk operasional saja senin-kamis,” ujar sosok yang menjabat sebagai direktur sejak Maret 2014.

Dilanjutkannya, saat pertama kali menjabat cash flow PDAM hanya Rp 86 juta, utang kepada pihak ketiga Rp 220 juta, sementara tunggakan pelanggan Rp 1,8 miliar. Setelah dua tahun menjabat, kondisi PDAM sudah semakin baik. Imbasnya PDAM mendapat kepercayaan penuh dari pemilik dan dewan.

“Pada tanggal 7 Maret 2016 saya laporkan kondisi keuangan PDAM dengan posisi cash flow Rp 1,5 miliar. utang dengan pihak ketiga nol dan piutang pelanggan yang normal satu atau dua bulan kurang lebih Rp 200 hingga Rp 300 juta. Efisiensi penagihan saat ini 75 sampai 80 persen. Nah, mungkin dengan pertimbangan  ini pemda dan dewan melihat kita serius dan mereka siap membantu dalam penyertaan modal,” pungkasnya. (AZ)