Kemenko IPK Dukung IWWEF 2025
Pertemuan berlangsung di kantor Kemenko IPK, pada Selasa (22/4), dihadiri Direktur Eksekutif PERPAMSI, Dr. Subekti, jajaran Sekretariat PERPAMSI, serta mitra-mitra strategis dari sektor air. Menko AHY didampingi sejumlah deputi dan staf ahli, antara lain Deputi Bidang Infrastruktur Dasar, Rachmat Kaimuddin, dan Deputi Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman, Ronny Hutahayan.
Dalam suasana yang hangat dan terbuka, Subekti menyampaikan profil singkat PERPAMSI, kondisi eksisting pelayanan air minum oleh para anggota, program-program asosiasi, kerja sama dan kemitraan yang dilakukan, termasuk rencana kolaborasi IWWEF dengan forum International Conference on Infrastructure (ICI) yang diinisiasi Kemenko IPK.
Ia juga memaparkan tantangan krusial sektor air minum dan sanitasi di Indonesia, seperti rendahnya capaian layanan air minum aman dan sanitasi layak, yang masih tertinggal dibanding negara-negara tetangga. Selain itu, belum ada undang-undang air dan sanitasi nasional sebagai payung hukum yang jelas dan kuat. Ada pula masalah ketiadaan badan regulator independen yang mengawasi layanan air minum dan sanitasi secara nasional. Lalu, ada tantangan desentralisasi yang menyebabkan variasi besar dalam kualitas dan efisiensi layanan antardaerah.
Menurut Subekti, jika Indonesia ingin mencapai target ambisius seperti 40 persen akses air minum aman pada 2029 dan 100 persen pada 2045 (Swasembada Air), dibutuhkan terobosan lintas sektor dan dukungan konkret dari pemerintah pusat. “Air dan sanitasi harus menjadi hak dasar yang benar-benar bisa diakses semua warga, tanpa kecuali,” tegasnya.
Menteri AHY merespons dengan penuh antusiasme dan empati terhadap paparan yang disampaikan Direktur Eksekutif PERPAMSI. Ia menilai bahwa masukan tersebut sangat penting dan membuka mata banyak pihak terhadap kompleksitas masalah infrastruktur air di Indonesia. AHY menegaskan bahwa air dan sanitasi merupakan isu strategis nasional yang tidak bisa ditangani secara sektoral atau parsial.
“Saya menyambut baik IWWEF ini. Forum seperti ini tidak boleh berhenti di tataran wacana. Tidak cukup hanya ramai di hari pelaksanaan, tapi harus menghasilkan langkah nyata dan keberlanjutan,” ujar AHY.
AHY juga menilai IWWEF sebagai wadah penting untuk berbagi praktik terbaik (best practices) antarnegara ASEAN melalui kolaborasi dengan South East Asian Water Utilities Network (SEAWUN) serta membangun jejaring lintas sektor kuat yang melibatkan pemerintah, akademisi, mitra internasional, dan swasta.
Secara khusus, AHY menyambut baik rencana kolaborasi antara IWWEF dan International Conference on Infrastructure (ICI) yang diinisiasi Kemenko IPK dan digelar pada waktu dan lokasi yang sama. Menurutnya, ini menjadi momentum emas untuk memperkuat sinergi lintas sektor.
“Kalau bisa saling meramaikan dan menyukseskan, kenapa tidak? IWWEF dan ICI punya semangat yang sama, yaitu mendorong kedaulatan dan kemandirian infrastruktur, termasuk swasembada air. Ini justru bisa menjadi kekuatan besar jika dikolaborasikan,” ungkapnya.
Ia juga menjelaskan bahwa ICI diarahkan untuk memperkenalkan proyek-proyek infrastruktur strategis Indonesia kepada mitra internasional dan calon investor. Karena itu, AHY berharap forum ini tidak hanya menjadi etalase, tetapi juga menciptakan kerja sama konkret dalam pembangunan infrastruktur dasar, seperti penyediaan air bersih. AZ