“Water Rationing” Cara ATB Mengatasi Krisis Air Baku

Presiden Direktur PT ATB Benny Andrianto menuturkan, saat itu air baku yang dimanfaatkan ATB masih sekitar 450 liter per detik (l/d), sedangkan cadangan air baku ATB mencapai 3.850 l/d. Cadangan air baku yang melimpah, membuat ATB tidak terpengaruh oleh dampak El Nino. Suplai air kepada pelanggan tetap normal.

“Baru pada El Nino 2015, ATB mulai merasakan dampaknya. Curah hujan yang berkurang sangat signifikan membuat ATB was-was tidak dapat memenuhi kebutuhan air bersih Pulau Batam, akibat air baku yang terus menyusut signifikan. Apalagi air baku di Batam sangat terpengaruh curah hujan karena tidak memiliki sumber air baku alami,” ungkap Benny, Selasa (9/2).

Untuk pemenuhan kebutuhan air bersih, Batam hanya mengandalkan air baku yang ditampung di lima dam. Sementara air baku di setiap dam kian susut. Dam Mukakuning mengalami penyusutan 3,39 meter, Dam Sei Ladi 3,20 meter, Dam Nongsa 3,71 meter, Dam Sei Harapan menyusut 3,14 meter, dan Dam Duriangkang yang menjadi tulang punggung air baku Batam juga menyusut hingga 2,22 meter.

“Apalagi berdasarkan prediksi beberapa pakar klimatologi yang dipublikasikan media cetak maupun online, El Nino bisa berlangsung hingga awal tahun 2016. Alhasil ATB harus mulai menghemat air baku. Apalagi penggunaan air baku di Batam sudah mencapai 3.500 l/d, dengan cadangan air baku yang masih di angka 3.850 l/d,” jelasnya.

Akhirnya dengan sangat terpaksa, tutur Benny, per 1 September 2015 ATB mulai memberlakukan penggiliran suplai air (water rationing) untuk menjaga ketersediaan air baku Pulau Batam bertahan lebih lama. ATB memberlakukan water rationing di wilayah suplai Dam Sei Harapan yang melayani sekitar 40 ribu pelanggan.

ATB melakukan penggiliran suplai air di wilayah suplai Dam Sei Harapan, karena dam tersebut mengalami penyusutan paling mengkhawatirkan. Saat itu, bila ATB tidak melakukan pengurangan produksi, Dam Sei Harapan hanya akan mampu bertahan hingga 50 hari, dengan kata lain dam yang saat normal memiliki volume air 3.600.000 meter kubik (m3) tersebut hanya akan bertahan hingga awal Oktober 2015.

“Bila tidak sangat terpaksa, ATB tidak akan melakukan rationing. Hal tersebut dikarenakan penggiliran suplai air merugikan kedua pihak. Perusahaan rugi karena sales menurun, sementara pelanggan dirugikan karena waktu suplai air berkurang cukup signifikan,” ucap Benny.