Tantangan Baca Meter dan Penagihan Rekening di Masa Pandemi
PERPAMSI menginisiasi kegiatan seminar online (Webinar) Komunitas Kemitraan Solidaritas dengan tema "Pengelolaan Baca Meter dan Penagihan Rekening di Masa Pandemi Covid-19", Kamis, 14 Mei 2020. Perumdam Tirta Raharja Kabupaten Bandung diwakili Asep Permana, Manajer IT, tampil sebagai pembicara mewakili Mentor. Webinar dipandu Dwike Riantara, Kepala Biro Pemberdayaan Organisasi Sekretariat PERPAMSI.
Dalam kesempatan tersebut, Asep Permana memaparkan, dalam masa pandemi Covid-19 ini, dua ujung tombak kegiatan Perumdam tersebut ialah transaksi di kasir dan sisi pencatatan meter. Sejumlah kebijakan diterapkan untuk tetap mengoptimalisasi dua kegiatan ini, yakni dengan mengimplementasikan teknologi terkait dengan menjalankan social dan physical distancing. Untuk transaksi rekening air, ada tujuh kebijakan yang dilakukan Tirta Raharja dengan mengakomodasi physical distancing, yakni pembatasan transaksi di loket pembayaran, pengamanan kasir dengan kelengkapan APD, pengalihan pembayaran secara daring, penambahan layanan pembayaran tunggakan dengan pihak ketiga, imbauan dan sosialisasi pembayaran daring melalui medsos, spanduk dan banner, monitoring berkelanjutan, serta layanan pengaduan daring.
“Jadi, mengubah perilaku pelanggan kita yang selama ini berbasis loket menjadi online. Itu upaya yang terus-menerus dilakukan. Sekarang, memang 40 persen masih di loket, tapi nantinya diharapkan bisa berkurang menjadi 30 atau 20 persen. Selebihnya melalui pihak ketiga secara online. Tapi, yang harus dipastikan, sistem teknologi ini harus dalam kondisi aman karena sangat rentan pada penetrasi dari luar dari sisi jaringannya,” jelas Asep.
Dilanjutkannya, implementasi teknologi memang sangat mendukung pekerjaan dari kantor atau dari rumah seperti yang sekarang sedang trending. Monitoring transaksi yang ada juga dilakukan secara mobile. Sejauh ini, langkah pengalihan pembayaran dari loket PDAM ke sistem pembayaran daring pihak ketiga di Perumdam tersebut sudah membuahkan hasil. Sampai April 2020, pembayaran di loket menurun menjadi 31,6 persen dan non-PDAM menjadi 68,4 persen. Hanya, belum semua pelanggan yang tidak membayar di loket PDAM beralih melakukan pembayaran rekening melalui pihak ketiga termasuk secara daring. Dengan demikian, ada potensi peningkatan jumlah piutang PDAM dalam masa pandemi Covid-19. Lebih jauh, diperkirakan akan terjadi penurunan penerimaan sekitar Rp3 miliar dari target Perumdam tersebut sejak Maret sampai Mei 2020. Efektivitas dan efisiensi penagihan juga dirasakan semakin menurun, danberada di posisi terendah sejak 2017di Perumdam Tirta Raharja.
Terkait pembacaan meter, menurut Asep, pengelolaan sistem pembacaan mandiri adalah kebijakan yang diambil dalam situasi pandemi. Pembacaannya bisa dilakukan melalui aplikasi WA, mobile app, ataupun web app. Yang terpenting bagi penyelenggara SPAM adalah bagaimana data pembacaan meter bisa diperoleh dan bisa divalidasi. “Kalau masih bisa diupayakan mendapat data di lapangan, kita akan berupaya mendapat data di lapangan, tentunya dengan dilengkapi APD dan sebagainya. Alhamdulillah, bulan ini sudah mulai berjalan normal seperti bulan sebelumnya,” ungkapnya.
Dalam webinar terungkap bahwa sebagian penyelenggara SPAM memang tetap mengedepankan upaya mendapat data angka meter dari lapangan. Kecuali pada zona merah yang memiliki potensi risiko sangat tinggi. Sehingga, umumnya harus menggunakan rata-rata perhitungan rekening tiga bulan terakhir.
Kebijakan melakukan baca meter langsung ke lapangan dan pembayaran di loket secara normal diterapkan PDAM Kabupaten Tegal. Hanya, menurut Nandang Indradani, Kabag Teknik PDAM tersebut, untuk wilayah yang masuk zona merah, PDAM berkomunikasi dengan pelanggan untuk mengirimkan foto angka meter air. Kalau tidak, mereka meminta izin ke pelanggan menagih berdasarkan angka rata-rata pemakaian air tiga bulan terakhir.
Sementara, Direktur Perumda Air Minum Tirta Merangin, Kabupaten Merangin, M. Zuhdi, mengaku, pihaknya tetap melakukan pencatatan meter door to door sesuai protokol kesehatan dengan APD. “Kami memiliki tim penagihan ke lapangan tapi dibatasi. Zona merah tidak bisa kami datangi. Zona hijau dan kuning kami tetap tagih, dan alhamdulillah berjalan seperti biasa. Hanya, di masa pandemi ini, efisiensi penagihannya tetap turun,” ungkapnya.
Demikian juga dengan PDAM Kabupaten Sumenep yang tetap melakukan pembacaan meter langsung ke pelanggan. “Karena 95 persen pelanggan adalah rumah tangga dan banyak pelanggan yang belum terbiasa dengan aplikasi,” terang Kabag Teknik PDAM tersebut, Moh. Busri.
Sementara, di PDAM Mual Nauli, Tapanuli Tengah, menurut Direktur PDAM tersebut, Puspa Aladin Sibuea, sampai bulan kedua pandemi, pihaknya tidak merasakan adanya masalah pada DRD maupun catat meter. Pada PDAM Kabupaten Pesawaran, penagihan door to door adalah kebijakan yang diambil PDAM tersebut untuk mempertahankan efektivitas penagihan, meskipun ada penurunan efektivitas penagihan sekitar 20 persen. “Kami berupaya menjaga efektivitas penagihan paling minimal 80-75 persen, apa pun bentuknya. Dengan langkah penagihan door to door dan tetap memerhatikan protokol kesehatan. Ini harus tetap dilakukan untuk mempertahankan cashflow dan membayar gaji karyawan, apalagi bulan ini kami juga harus membayar THR,” ujar Direktur PDAM Kabupaten Pesawaran, K.Togatorop.
Namun, banyak juga yang merasakan hambatan dari catat meter mandiri. Hal itu juga diakui Perumdam Tirta Raharja dan Perumda Toyo Wening Kota Surakarta. Dengan ditiadakannya kegiatan catat meter langsung oleh pelanggan, awalnya dua perumda tersebut melakukan baca meter mandiri. Namun, jumlah pelanggan yang besar membuat kebijakan penghitungan penagihan dilakukan dengan rata-rata pemakaian rekening tiga bulan terakhir. Hanya, tetap saja banyak koreksi yang masih harus dilakukan.
Direktur Teknik PDAM Tirta Mayang Kota Jambi Sasli Rais menilai bahwa modernisasi billing system yang didapatkan PDAM-nya melalui Program Kemitraan Solidaritas sangat bermanfaat dalam situasipandemi. Hanya, penurunan daya beli masyarakat menjadi penyebab penurunan efisiensi penagihan penyelenggara SPAM saat ini.
Sementara, bagi Perumdam Tugu Tirta Kota Malang, meski prosesnya cukup rumit dan sempat menimbulkan komplain dari pelanggan, pencatatan meter mandiri melalui web app maupun WA, ke depan akan menjadi solusi yang sangat efektif. Di perumdam tersebut, dari total pelanggan 167.855 SR, yang ter-cover melalui web atau WA mencapai sekitar 18 ribu. Dengan demikian, baca meter mandiri ke depan diyakini akan sangat efektif dan membantu mengatasi persoalan baca meter mereka. Deni Arisandy
Artikel ini sudah diterbitkan di Majalah Air Minum PERPAMSI No. 297 Juni 2020