Strategi BUMD Air Minum di Masa Pandemi
Kondisi pandemi yang sudah berlangsung lebih dari setahun, ditambah kebijakan pembatasan yang berlangsung hampir sekitar dua bulan ini, jelas berdampak besar bagi masyarakat, juga bagi para pelaku usaha. BUMD air minum sebagai ujung tombak pelayanan akses air minum masyarakat juga ikut merasakannya.
Seperti juga dampak pada kasus pandemi Covid-19 sebelumnya, pelaku bisnis ritel atau yang biasa disebut pelanggan niaga seperti hotel dan restoran hingga pelanggan industri, mengalami dampak yang sangat besar akibat kebijakan tersebut. Terjadi penurunan pendapatan rekening air minum secara drastis dari pelanggan niaga, komersil, dan industri.
Lebih-lebih kalau melihat data yang disampaikan oleh asosiasi industri terkait. Dampak tersebut berbanding lurus dengan penurunan pendapatan dari sektor niaga dan industri perusahaan air minum. Sektor yang sebelumnya menjadi andalan bagi BUMD AM untuk meng-cover pelanggan rumah tangga (RT), khususnya pelanggan RT berpenghasilan rendah yang mendapat perlakuan tarif berbeda.
Beberapa PDAM besar sampai sekarang ini merasakan bahwa pendapatan dari rekening yang berasal dari niaga dan industri masih belum normal seperti saat sebelum pandemi. Dan kini, pendapatan dari sektor tersebut sepertinya masih akan tetap berkurang sejalan dengan kondisi yang masih labil. Penurunan pendapatan penjualan air dari sektor niaga dan industri di beberapa PDAM besar bahkan mencapai puluhan miliar setiap.
Di satu sisi, mereka harus menghadapi situasi penurunan pendapatan dari sektor niaga, bisnis dan industri yang selama ini menjadi andalan penjualan air minum. Di sisi lain, BUMD AM diminta ikut memikirkan kebijakan strategis terhadap sektor RT menengah bawah yang juga terkena dampak pandemi.
Pakar manajemen air minum, Erlan Hidayat, mencermati dampak pandemi Covid-19 yang semakin meluas diyakini akan berkesinambungan. Hal yang dicermatinya akan sangat terasa bagi BUMD AM adalah peningkatan komsumsi air di RT dan rumah sakit (RS), dan penurunan konsumsi air di sektor komersial seperti hotel dan restoran.
Peningkatan pendapatan yang kecil di RT dan RS tidak bisa menopang penerimaan BUMD AM yang menurun di kelas komersial. Dengan demikian, selama masa PPKM ini cashflow BUMD AM akan terganggu. Ditambah lagi adanya tuntutan dari pemilik agar BUMD AM lebih meningkatkan lagi akses pelayanan air minum kepada masyarakat.
Sosok yang juga mantan Ketua Umum PERPAMSI ini mengatakan, tekanan kepada manajemen BUMD AM akan semakin berat. Ini mengacu pada gelombang pertama pandemi Covid-19, pemilik meminta BUMD AM untuk memberikan diskon, subsidi, bahkan ada yang meminta agar RT digratiskan. Di sisi lain perusahaan harus menghadapi kenyataan, penurunan penerimaan dari sektor komersial.
Dengan demikian, keputusan harian terhadap situasi perusahaan yang harus dilakukan manajemen BUMD AM akan terasa sangat berat. Manajemen BUMD AM harus menghadapi kondisi ketidakpastian selama sekitar 1,5 tahun belakangan ini. Belum lagi tuntutan dari rekanan BUMD AM. Gangguan cashflow dari BUMD AM ini harus benar-benar disikapi dengan baik oleh manajemen BUMD AM dalam situasi seperti sekarang.
“PERPAMSI harus membantu agar manajemen PDAM secara individu tidak terdampak secara fisik. Manajemen (direksi) sebagai pengambil keputusan, berperan sangat penting untuk melayani, tetapi mereka tidak boleh sakit. Bayangkan betapa sulitnya,” ungkap Erlan kepada Majalah Air Minum PERPAMSI.
Peningkatan pendapatan yang kecil di RT dan RS tidak bisa menopang penerimaan yang menurun di kelas komersial.
Strategi menghadapi masa sulit
Erlan Hidayat menyarankan BUMD AM untuk tidak melupakan urusan administrasi. Banyak keputusan manajemen BUMD AM dalam masa pandemi ini yang harus dilakukan dengan cepat dan itu nanti akan butuh pertanggungjawaban. Jangan sampai ketika pandemi berakhir, tanpa ada dokumen tertulis terhadap kebijakan yang diambil, maka manajemen yang akan disalahkan.
“Jadi jangan pernah tinggalkan urusan administrasi. Walaupun kita sibuk seperti apa, atau kekurangan orang sekalipun, kita harus tetap memiliki standar pertanggungjawaban administrasi yang benar. Jangan sampai ketika kita menerima dan melaksanakan perintah tanpa memiliki dokumen tertulis. Itu wajib. Wajib membuat catatan dan membuat perkiraan dampak dari keputusan tersebut,” tegas Erlan.
Strategi lain yang sebaiknya dilakukan oleh BUMD AM adalah lebih fokus pada kegiatan yang bersifat lokal. Dalam masa pandemi seperti sekarang, kegiatan-kegiatan yang bersifat regional dan nasional pastinya akan lebih banyak berkurang. Dengan demikian, akan lebih tepat bagi BUMD AM untuk fokus pada kegiatan lokal. PERPAMSI dan instansi terkait sebaiknya juga membantu untuk memperkuat kegiatan lokal tersebut.
Di saat bersamaan, sekarang ini juga waktunya bagi PDAM untuk melakukan pembenahan secara internal. Salah satunya membenahi IT yang dalam kondisi seperti sekarang sangat dibutuhkan. Terlebih pada BUMD AM di daerah-daerah dengan infrastruktur IT yang kurang memadai. PERPAMSI juga sangat perlu mewadahi penyusunan standar IT bagi anggotanya, yang besar, menengah dan kecil.
“Dulu, tidak pernah terbayangkan rapat PERPAMSI melalui zoom. Sekarang, sudah menjadi sering dan menjadi sah. Sah secara hukum pula. Jadi IT harus dibenahi. Ada beban administrasi untuk mengetahui hasil rapat melalui zoom. Mesti ada transkrip untuk memetakan poin-poin penting hasil rapat itu. Ini jadi beban administratif yang luar biasa,” tandasnya.
Di saat bersamaan, langkah efisiensi juga wajib dilakukan. Apakah dengan terpaksa mengurangi bonus, atau insentif lain yang selama ini ada untuk disesuaikan dalam masa pandemi. Termasuk juga dengan melakukan dialog kepada pihak ketiga (rekanan BUMD AM) untuk penundaan pembayaran atau mencicil pembayaran kerja sama.
Sementara dari sisi kebijakan di pusat, pemerintah perlu melakukan reidentifikasi kebijakan yang selama ini diterapkan ke BUMD AM. Jangan lagi terpaku kepada kebijakan yang bersifat historical seperti MBR. Karena, menurutnya, barangkali BUMD AM lebih membutuhkan kebijakan berupa bantuan langsung untuk membenahi IPA atau intake. Atau kebijakan memberikan keringanan pembayaran listrik yang selama ini menjadi beban yang sangat dominan di BUMD AM. Jadi kebijakan dari pemerintah pusat yang bersifat nasional harus cermat mengevaluasinya. Sebab, masalah utama BUMD AM sekarang adalah persoalan cashflow.
Di lain sisi, BUMD AM juga harus menyiapkan pengajuan modal lagi kepada pemilik. Kalau pandemi ini berakhir, BUMD AM harus berlari lagi, melakukan akselerasi untuk mengembalikan ke kondisi normal seperti saat sebelum pandemi. “Inilah momen secara administratif PDAM mempersiapkan diri mengajukan lagi bahwa kita butuh tambahan modal untuk keperluan perbaikan pelayanan. Kalau kita berhenti meminta kita akan berhenti mendapat. Tanpa dibantu, kegiatan selama pandemi yang menggerus modal tidak akan recover dengan cepat,” tegas Erlan.
Dia juga mengingatkan, ketika pandemi berakhir tidak serta merta kondisi BUMD AM akan kembali ke normal. Jadi pada saat pandemi berakhir, BUMD AM harus melakukan akselerasi dengan lebih cepat untuk kembali ke normal dan memperbaiki semua sistem yang sudah terdampak oleh kegiatan selama masa pandemi untuk bisa menjadi lebih baik.
Deni Arisandy
Artikel ini sudah dimuat di Majalah Air Minum Edisi No. 312 September 2021