Solidaritas Tukang Ledeng untuk Gempa Pidie

Sejak hari pertama gempa, bantuan terus berdatangan untuk mendukung kebutuhan air bersih korban gempa. Beberapa PDAM sekitar seperti PDAM Banda Aceh, Aceh Tengah, Sigli dan Aceh Timur mengirimkan satu hingga dua armada mobil tangkinya untuk membantu mendistribusikan air.  Menyusul bantuan mobil tangki dari Kementerian PUPR, BUMN, dan juga beberapa perusahaan swasta. Total bantuan mobil tangki berjumlah 19 unit. Kementerian PUPR juga membantu dengan memasang hidran umum di titik-titik pengungsi.

Tak ketinggalan, DPP PERPAMSI bekerja sama dengan PDAM Bandarmasih Kota Banjarmasin juga mengirimkan bantuan peralatan dan personil ke lokasi gempa pada hari keenam pasca gempa. Bantuan yang diberikan berupa satu unit pengolahan air reverse osmosis (RO) mini siap minum, dua unit mini treatment kapasitas 1 liter per detik, 60 dus air minum kemasan dari PDAM Bandarmasih, dua unit hidran umum kapasitas 3.100 liter, dua unit genset, serta 30 galon air.

“Melihat situasi yang ada, rencananya kita juga akan menambah satu unit RO lagi untuk dikirim ke Pidie. Bantuan ini merupakan wujud kepedulian kita sesama insan PDAM dan untuk membantu korban gempa,” kata Endang Waryono, Ketua Tim Bantuan DPP PERPAMSI dan PDAM Bandarmasih yang datang bersama delapan orang dari Banjarmasin dan Jakarta.

Bantuan dua unit mini treatment dipasang di IPA Meureudu untuk membantu produksi air PDAM Pijay karena satu IPA di Meureudu yang berkapasitas 5 liter per detik rusak. Di tempat itu juga dipasang RO yang menghasilkan air siap minum untuk didistribusikan ke posko pengungsi. Mini RO tersebut dalam sehari (24 jam) bisa menghasilkan air siap minum 3,5 meter kubik.

“Kita juga berkoordinasi dengan Kementerian PUPR untuk distribusinya. Mereka telah menyiapkan ratusan jerigen yang siap diisi air RO kita untuk didistribusikan ke para pengungsi,” kata Endang yang sangat sibuk berkordinasi selama di Pidie.

Sementara untuk bantuan hidran umum ditempatkan di daerah-daerah yang belum terjangkau layanan air bersih. Salah satunya di posko pengungsi di Desa Lhok Pu’uk, Kecamatan Panteraja. Desa ini termasuk yang terparah terkena gempa. Beberapa rumah penduduk banyak yang rusak, tidak sedikit yang rubuh total. Akses ke desa ini sekitar 25 kilo meter dari pusat kota dengan kondisi jalan rusak dan sedang tahap perbaikan. Di posko ini terdapat 270 kepala keluarga yang mengungsi.

“Sumur kita rusak karena tertimbun runtuhan, air PDAM juga tidak menyala. Sehingga kita cari air di posko pengungsi. Total ada sekitar 110 KK yang rumahnya rusak. Saya terima kasih atas bantuan air bersih yang diberikan,” kata M Jamil, kepala desa setempat.

Seminggu setelah gempa terjadi, berdasarkan pengamatan Majalah Air Minum, aktivitas masyarakat mulai berangsur normal. Aktivitas masyarakat seperti bertani, berdagang, dan bekerja kantoran sudah pulih. Beberapa posko dan tenda pengungsi hanya ditinggali ketika malam hari karena kebanyakan warga masih trauma. Gempa-gempa susulan juga sudah mulai berkurang. Dua kali kedatangan Presiden Joko Widodo ke Pidie Jaya juga membuat bantuan seperti sembako melimpah di posko-posko pengungsi. Untuk selanjutnya hanya tinggal tahap rekonstruksi setelah tanggap darurat selesai pada 20 Desember. (Dvt)