PERPAMSI Kirim Relawan Bantu Korban Gempa Lombok
Setelah mendapat persetujuan dari Ketua Umum PERPAMSI Erlan Hidayat, dibentuk Tim Relawan 0818 PERPAMSI. Angka 0818 sendiri merujuk pada bulan peringatan kemerdekaan RI yang tahun ini memasuki usia ke-73. Angka ini diharapkan membawa spirit kebersamaan dan kebangsaan para relawan PERPAMSI dalam membantu para korban gempa di Lombok, khususnya dalam penanganan air bersih oleh PDAM.
Tim terdiri dari 16 anggota yakni Hendra Tenaya, Engkus Kuswara, Wahyudian (PT Aetra Air Jakarta), Andiko Surbakti, Aly Sunandar, Agung Dwi Prasetyo, Agus Putranto (PT PAM Lyonnaise Jaya), Winarto, Reza, M. Faizal (PAM Jaya), Sunari, Hartoyo, Kuswara (PDAM Kota Surabaya), Raffael Sulaimansyah, Samsul Sahri (PDAM Kabupaten Malang), dan Danang Takhidi (Sekretariat PP PERPAMSI).
“Gempa di Lombok dan sebagian Bali telah mengakibatkan pelayanan publik di bidang air bersih mengalami gangguan. Pada kejadian yang pertama, 29 Juli lalu, belum begitu terasa dampaknya. Sumber air PDAM Giri Menang sempat menjadi keruh untuk beberapa saat, tapi segera kembali jernih lagi. Gempa-gempa setelahnya ternyata membawa dampak yang lebih memprihatinkan. Selain korban jiwa, infrastruktur pun ikut rusak,” ujar Erlan Hidayat, Ketua Umum PERPAMSI.
Kondisi ini memprihatinkan dan sebagai lembaga di bidang pelayanan air, lanjutnya, PERPAMSI terpanggil untuk bereaksi guna memberikan bantuan meringankan beban musibah kepada masyarakat Lombok dan PDAM yang terkena dampak gempa. Melalui koordinasi dengan PDAM Giri Menang yang juga Ketua PD PERPAMSI NTB, PP PERPAMSI mengirimkan relawan guna mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan bantuan yang urgen.
Namun, kondisi alam yang belum stabil sampai dengan 10 Agustus 2018 dengan seringnya gempa susulan terjadi, upaya bantuan ini belum efektif. Terlepas dari kondisi gempa yang masih belum pasti, PERPAMSI merencanakan program bantuan dengan mengerahkan jejaring yang ada baik dari keanggoaan maupun mitra PERPAMSI lainnya. “Karena proses recovery kejadian gempa seperti ini tentu tidak sebentar. Semoga kita semua dapat bahu-membahu membantu meringankan beban saudara dan sahabat kita di Lombok,” imbuhnya.
Tim Bergerak
Tim berangkat dari kota asal masing-masing Rabu, 8 Agustus 2018 menuju Pulau Lombok dan kembali lagi Sabtu, 11 Agustus 2018. Selama di lapangan, tim didampingi staf PDAM Lombok Utara dan PDAM Giri Menang. Syahril dari PDAM Giri Menang didaulat sebagai Koordinator Lapangan.
Tim meninjau kondisi intake, IPA dan pipa transmisi milik PDAM Lombok Utara. Tim menemukan adanya kerusakan pipa jaringan transmisi diameter 12 inch dan 8 inch, kerusakan pada jaringan distribusi pada sumber mata air, dan kerusakan instalasi (elektrikal/mekanikal) akibat gempa di IPA Anjah yang berkapasitas 40 liter per detik.
Selain itu, mesin genset IPA Anjah tidak bisa digunakan karena terkena reruntuhan bangunan. Pompa air baku untuk operasional IPA Anjah juga tidak bisa dioperasikan.
Dilaporkan, terjadi kerusakan valve inlet air baku diameter 12 inch. Karena air belum mengalir, belum diketahui apakah reservoir bocor karena retak atau tidak. Kemungkinan besar pipa distribusi bocor karena retak.
Rusaknya bangunan kantor PDAM Lombok Utara akibat gempa juga membuat pelayanan ikut terganggu. Bahkan, pasca gempa susulan 6.3 skala richter pada Kamis, 9 Agustus 2018, mengakibatkan kantor pusat PDAM Giri Menang sebagian ikut rusak.
Selain berkoordinasi dan mendata kerusakan-kerusakan yang terjadi di PDAM Lombok Utara maupun PDAM Giri Menang, tim juga ikut membantu penanganan korban akibat gempa di beberapa posko pengungsian.
Di hubungi terpisah, Direktur Utama PDAM Giri Menang Lalu Ahmad Zaini mengungkapkan, pasca gempa para karyawannya cukup trauma. Namun demikian, pelayanan tetap dilanjutkan meski menggunakan tenda darurat. “Sementara pelayanan tetap harus berjalan, teman-teman di bagian teknik fokus memberikan pelayanan dengan memperbaiki pipa-pipa yang rusak,” ujar Zaini.
Dikatakan, dampak gempa beberapa sumber mata air, terutama yang dikelola PDAM Giri Menang maupun PDAM Lombok Utara menjadi keruh. “Biasanya habis gempa 5-7 jam langsung jernih. Tapi gempa susulan terus terjadi makanya keruhnya tidak selesai. Untuk pelayanan ke posko-posko pengungsi dilayani dengan mobil tangki namun armadanya sangat terbatas,” keluh Zaini, yang juga Ketua PD PERPAMSI NTB. AZ