Finalisasi Penilaian Kinerja BUMD Air Minum 2020
Desrah, dari Satuan Kerja Sekretariat BPPSPAM, Ditjen Cipta Karya, Kementerian PUPR, mengatakan bahwa penilaian kinerja BUMD air minum yang sebelumnya dilakukan BPPSPAM sekarang diserahkan ke Direktorat Air Minum, Ditjen Cipta Karya, Kementerian PUPR.
“Penilaian kinerja BUMD air minum tahun 2020 sudah menuju final,” kata Desrah dalam Rapat Asistensi dan Monitoring Kegiatan Penilaian Kinerja BUMD Air Minum (BUMD AM) yang dilakukan secara daring, 10 Desember 2020.
Menyangkut hal ini, lanjut Desrah, pihaknya akan menyampaikan surat kepada Kepala Daerah. Ada 18 indikator dan ini sudah berjalan sejak 2011. Aspek operasional bobotnya 35 persen, aspek pelayanan 25 persen, aspek keuangan 25 persen, dan aspek SDM 25 persen.
“Berdasarkan hasil penilaian kinerja BUMD air minum 2015-2020, kalau kita lihat tren sehatnya ini tidak terlalu signifikan meningkat. Rata-rata tren meningkat sehatnya tujuh BUMD per tahun atau 3,66 persen per tahun. Yang sehat 61,71 persen, kurang sehat 24,81 persen, dan sakit 13,44 persen,” terang Desrah.
Dikatakan, dalam perjalanan proses penilaian tersebut, terjadi perubahan kategori kinerja BUMD air minum. Selain itu, dalam beberapa kali pendampingan kepada BUMD air minum yang dilakukan BPPSPAM, ada bantuan program oleh Direktorat Air Minum. Namun, dari hasil penilaian kinerja, ternyata BUMD air minum yang sakit dan masih tetap sakit ada 37 BUMD, sakit menjadi kurang sehat ada 15, dan sakit menjadi sehat langsung ada dua. Kurang sehat menjadi sakit ada delapan, dan tetap kurang sehat ada 67. Terdapat 29 BUMD air minum yang meningkat kinerjanya menjadi sehat, dan 14 dari sehat menjadi kurang sehat atau sakit.
Desrah, dari Satuan Kerja Sekretariat BPPSPAM, Ditjen Cipta Karya, Kementerian PUPR
Dalam perjalanan proses penilaian tersebut, terjadi perubahan kategori kinerja BUMD air minum.
Kemudian, dalam proses penilaian kinerja yang sudah dilakukan sejak 2013 tersebut, masih ada BUMD air minum yang belum bias menyusun laporan keuangan. Padahal, sudah dilakukan pendampingan. Tetapi, ternyata ada BUMD air minum yang tidak bias menyusun laporan keuangan tahun ini. Bisa saja karena kemampuan SDM, atau karena masih menjadi tanda tanya apakah BUMD air minum tersebut layak dilanjutkan atau tidak.
Kinerja BUMD berdasarkan cakupan pelayanan ini masih didominasi 126 BUMD yang cakupan pelayanan di bawah 20 persen. Sementara itu, BUMD yang sudah 80 persen, jumlahnya sebanyak 112 BUMD.
Sambungan langganan mencapai 13.380.180 SL secara nasional. Cakupan pelayanan untuk wilayah teknis mencapai 30,76 persen dan di tingkat wilayah administratif hanya mencapai 20,04 persen. RISPAM yang sudah disusun oleh kabupaten/kota baru sebanyak 320 dari 514. Rencana Bisnis yang seharusnya 100 persen sekarang baru 303 BUMD atau 78,29 persen.
Kapasitas terpasang (nasional) mencapai 218.233,53 liter per detik dengan volume produksi riil yang jauh lebih kecil, mencapai 159.406 liter per detik.
“Kapasitas terpasang ini belum akurat. Karena, belum ada alat ukur akurat,” ujarnya.
Desrah juga mengatakan, petunjuk teknis penilaian kinerja BUMD air minum oleh BPPSPAM perlu di-review. Dengan demikian, tidak akan terjadi BUMD air minum kinerjanya sehat tetapi belum FCR, atau sebaliknya, sudah FCR tetapi masih sakit. Kemudian, dalam rangka mencapai target RPAM 100 persen, BUMD air minum harus berupaya memenuhi kualitas air minum. Sekarang ini, baru 12 BUMD air minum yang memenuhi kualitas tersebut. Rata-rata pemenuhan pada seluruh parameter uji kualitas air minum baru terpenuhi 48,48 persen.
Selain itu, idle capacity dan NRW juga belum terdata secara akurat karena belum ada kapasitas yang memadai untuk pengukuran secara periodik. Sedangkan kecepatan melakukan kalibrasi meter air masih rendah. Manfaat kegiatan ini belum disadari dapat melipatgandakan pendapatan dari kondisi sebelumnya. DA