Akatirta Akan Dapat Bantuan Rp 3,5 Miliar

Pada hari Jumat, (12/1), Kampus Akatirta Magelang kedatangan tamu dari perwakilan lembaga donor. Rombongan terdiri dari perwakilan Bank Dunia (diwakili Sudipto Sakar selaku Water Practice Manager, Christophe Prevost dan Jun Matsumoto selaku Senior Watsan Specialist). Dari USAID (diwakili Matthew Burton selaku Environment Office Director) serta IUWASH Plus (diwakili Louis O’Brain).

Dalam kesempatan tersebut, hadir pula Ketua Umum PERPAMSI ErlanHidayat, yang didampingi Direktur Eksekutif Ashari Mardiono. Dari pihak Akatirta hadir Direktur Awaluddin Setya Aji beserta para pejabat dan dosen di lingkungan Akatirta.

Mewakili rombongan, Sudipto Sakar mengatakan, kampus Akatirta memiliki potensi yang bisa dikembangkan untuk membantu PDAM di Indonesia. Oleh karena itu, pihaknya berencana member bantuan peralatan non revenue water (NRW) kepada Akatirta di tahun 2018 ini. “Saya melihat Akatirta secara administrasi layak dan juga memiliki SDM yang memadai untuk membantu PDAM di Indonesia,” kata Sudipto.

Lebih lanjut menurut Sudipto, Bank Dunia dan IUWASH saat ini memang sangat konsen dalam membantu penyediaan air bersih di Indonesia. Ia melihat PDAM sebagai ujung tombak pelayanan air minum di Indonesia masih terkendala dengan tingginya tingkat kehilangan air, dimana rata-rata nasional mencapai 33 persen. Dengan bantuan ini, melalaui tangan Akatirta, ia berharap dapat membantu permasalahan yang dihadapi hampir semua PDAM di Indonesia itu.

“Bank Dunia bersama dengan IUWASH dan USAID berkomitmen membantu menurunkan NRW di PDAM,” ujar Sudipto.

Direktur Akatirta Awaluddin Setya Aji mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan yang diberikan. Bantuan peralatan NRW ini nantinya akan digunakan untuk membantu PDAM dalam menurunkan NRW. Lebih lanjut menurut Aji, Akatirta merupakan tempat berkumpulnya para tenaga ahli di dunia perairminuman. Para pengajar di Akatirta kebanyakan adalah pensiunan dari PDAM yang tahu betul persoalan teknis maupun manajemen PDAM.

“Jadi nanti konsepnya kita akan mendatangi PDAM yang membutuhkan pendampingan. Karena memang peralatan NRW ini mahal dan belum banyak PDAM yang memilikinya,” kata Aji.

Aji menambahkan, setelah pertemuan ini nantinya akan dibahas lebih detail soal rencana kegiatan dan juga persiapan untuk penandatanganan MoU. Tahun ini rencananya bantuan tersebut akan terealisasi. Dengan bantuan tersebut, Aji berharap akan lebih banyak lagi bantuan untuk kampus Akatirta.

Sebagai satu-satunya kampus air minum yang ada di Indonesia, saat ini Akatirta memang masih terkendala infrstruktur. Meski demikian, secara perlahan dengan banyaknya bantuan yang mengalir, satu demi satu bias terbangun. Kampus yang telah 16 tahun berdiri ini telah mencetak ribuan SDM berkualitas yang banyak mengabdi di PDAM yang tersebar di seluruh Indonesia. (Dvt)