YPTD Pamsi Gelar PJJ Pertama

Sejak berdiri tahun 1999, YPTD Pamsi telah menggelar ratusan diklat manajemen air minum berbasis kompetensi, dimana untuk diklat tingkat Muda sudah menginjak angkatan 100, tingkat Madya angkatan 97, dan tingkat Utama angkatan 52. Bila diklat lainnya ikut dihitung, seperti diklat NRW, badan pengawas, keuangan, business plan dan lain-lain, tentu jumlahnya lebih banyak lagi.

Semua diklat tersebut dilakukan dengan metode tatap muka (offline). Padahal, sejak 2018-2019, YPTD Pamsi telah membentuk Lembaga Pembelajaran Jarak Jauh (LPJJ). Artinya persiapan menggelar PJJ sudah cukup matang, meskipun baru bisa dilaksanakan tanggal 27 Juli-8 Agustus 2020. PJJ pertama yang dilaksanakan tersebut yakni Diklat Manajemen Air Minum Tingkat Muda angkatan ke-100 berbasis kompetensi.

Menurut Direktur LPJJ YPTD, Rama Boedi, selama ini kendala belum bisa dilaksanakannya PJJ karena ketidaksiapan para peserta latih untuk transformasi sikap dan siap mempergunakan teknologi informasi misalnya menggunakan gawai (gadget). “Jadi dengan adanya Covid-19, mau tidak mau, siap tidak siap semuanya terpaksa harus siap,” terangnya saat ditemui usai pembukaan diklat yang dilakukan secara online.

Ketua YPTD Pamsi, Haryadi Priyohutomo, dalam sambutan pembukaan diklat mengingatkan tentang ancaman global terkait pangan, energi, air dan kesehatan (terkait kesehatan hari ini sudah dirasakan dengan adanya pandemi global Covid-19). Ia juga mengingatkan tantangan di bidang SPAM, mulai perlakuan masyarakat terhadap air permukaan (sumber air baku PDAM) sebagai “halaman  belakang”,  laju pertumbuhan penduduk yang kencang, keadaan ekonomi yang tertekan, hingga persoalan efisiensi manajemen. Berbagai tantangan tersebut suka tidak suka harus dihadapi oleh SDM yang terlatih/kompeten.

Sosok yang akrab disapa Didit menerangkan animo keikutsertaan cukup tinggi dimana jumlah peserta tingkat Muda mencapai 113 peserta dari 31 instansi. Peserta terbanyak berasal dari PDAM Kabupaten Kutai Kertanegara dengan 22 peserta, disusul  Perumdam Tirta Muaro Kabupaten Tebo, PDAM Kabupaten Karawang, dan Perumdam Tirta Amertha Buana Kabupaten Tabanan yang masing-masing mengirimkan 11 peserta. Jumlah peserta yang membludak ini cukup menggembirakan mengingat sejak pandemi Covid-19 merebak di bulan Maret 2020, praktis kegiatan diklat offline berhenti untuk sementara.

Direktur PDAM Kabupaten Merauke, Katarina Rapar, menyambut positif PJJ tersebut. Di luar plus minusnya, ia memandang kegiatan tersebut cukup efisien, terutama dari sisi biaya. Bila biasanya untuk mengirimkan satu peserta mengikuti diklat di Jakarta memghabiskan dana sekitar Rp 25 juta, diklat metode PJJ cukup mengeluarkan dana Rp 5,5 juta per peserta. “Makanya saya bisa mendaftarkan lima staf ke diklat tingkat Muda angkatan 100,” katanya. AZ

Artikel ini sudah dimuat di Majalah Air Minum PERPAMSI Edisi No. 299 Agustus 2020