Persoalan Air Minum Tak Banyak Kemajuan?
”Terus terang, menurut saya, kondisi perairminuman Indonesia tidak banyak kemajuan. Antara dulu ketika saya masih menjadi ketua umum sampai sekarang, kondisinya tidak banyak berubah. Persoalannya masih itu-itu saja. Lihat saja, di saat orang lain sudah sedemikian maju, teknologi juga semakin canggih, kita masih saja berkutat dengan persoalan air baku dan tarif. Ini tidak selesai-selesai,” kata Kumala Siregar kepada Majalah Air Minum PERPAMSI, Rabu (23/3).
Selain itu, perhatian kepala daerah kepada air minum juga masih minim. Mereka masih banyak yang tidak tahu kalau persoalan air minum ini adalah tanggung jawab daerah, bukan pemerintah pusat. Kepala daerah itu adalah pemilik, karena itu dia harus tahu bahwa rakyatnya harus dapat air. Mana bisa dia tidak memperhatikan PDAM-nya?
Kumala bercerita, ketika masih memimpin PERPAMSI, persoalan mendasar yang dihadapi adalah banyaknya PDAM yang belum punya business plan. Ini yang sangat menyedihkan. Padahal, ini kebutuhan yang sangat penting. Bagaimana mau kerja kalau tidak punya business plan? Apa yang mau dikerjakan dalam lima tahun ke depan, mereka tidak tahu. Ibarat kapal, kita tidak tahu kapal ini mau diarahkan ke mana? Berapa tahun kita bisa mencapai tujuan perusahaan? Dari mana air mau diambil, berapa tarifnya? Di situlah pentingnya business plan.
Kalau ada business plan, siapa pun kepala daerahnya, komitmen inilah yang akan menjadi pegangan atau acuan. Jadi, dalam pelaksanaannya, tidak berdasarkan selera pimpinan.
Terpenting, business plan ini adalah komitmen antara kepala daerah dan direksi PDAM/BUMD air minum. Kalau ada business plan, siapa pun kepala daerahnya, komitmen inilah yang akan menjadi pegangan atau acuan. Jadi, dalam pelaksanaannya, tidak berdasarkan selera pimpinan.
Karena itulah, ia selalu mendorong BUMD AM untuk membuat business plan. Kalau tidak paham, didorong untuk bekerja sama dengan perguruan tinggi. Dalam hal ini, lanjutnya, bukan berarti kita menyuruh perguruan tinggi untuk membuatkan business plan. PDAM sendiri yang membuat karena merekalah yang tahu detail persoalan dan kebutuhan perusahaannya. Jadi, peran perguruan tinggi hanya membantu, semisal untuk melakukan analisis SWOT (strength, weakness, opportunities, and threats).
Memang, kondisi ini juga dipengaruhi oleh minimnya kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki PDAM. Karena itu, PERPAMSI concern mendorong peningkatan SDM. Selain melakukan penguatan peran Akademi Tirta Wiyata (Akatirta) Magelang, PERPAMSI juga banyak melakukan kerja sama dengan pihak luar negeri. Misalnya dengan Thailand, Kamboja, Vietnam, supaya cakrawala kita juga terbuka.
“Saya bahkan sempat menjabat sebagai Presiden Southeast Water Utilities Network (SEAWUN) yang berkantor di Hanoi, Vietnam. Ini adalah jaringan regional pada air bersih dan sanitasi serta asosiasi air di negara-negara ASEAN,” pungkasnya. RS
Tulisan lengkap baca di Majalah Air Minum Edisi Nomor 319 April 2022
klik: http://www.majalahdigital.web.id/ (berlangganan)