PDAM Tirta Daroy Kota Banda Aceh Terdampak Proyek Pembangunan

Tak tanggung-tangung, pipa induk berdiameter 600 mm, 500 mm, 400 mm dan pipa 200 mm  dengan kapasitas ratusan liter per detik kerap terkena imbasnya. Tak pelak puluhan ribu pelanggan terputus aliran air. Sehingga pihak PDAM harus menguras tenaga untuk memindahkan pipa ke jalur yang lebih aman. “Kami sampai harus melakukan pemindahan pemindahan pipa selama berhari-hari,” keluh Kepala  Bagian Distribusi PDAM Tirta Daroy  Nasrizal Nasa.

Direktur Utama PDAM Tirta Daroy T Novizal Aiyub  mengatakan, suplai air hanya terhenti  selama proses pembongkaran dikerjakan. Sebab, pipa yang dibongkar adalah  pipa utama yang menyuplai air 350 liter per detik.  Menurut Aiyub, pembongkaran pipa membutuhkan waktu 4 sampai 5 hari. Bahkan bisa lebih jika ada gangguan teknis saat pengerjaan. Adapun daerah yang terkena dampak adalah Peunayong, Masjid Raya, Gampong Jawa, Lampaseh, Merduati, Peuniti, Seutui, Punge, dan Ulee Lheue. 

Khusus untuk masjid, surau, sekolah dan fasilitas umum lainnya, lanjut Aiyub, air  akan disuplai dengan mobil tangki. Sedangkan untuk rumah tangga tidak mungkin disuplai dengan mobil tangki karena jumlahnya yang sangat banyak, sementara armada yang dimiliki PDAM tidak mendukung untuk itu.

Teratat, sejak pengerjaan proyek besar di Banda Aceh, sedikitnya telah terjadi delapan kali kebocoran di tiga lokasi terpisah. Yakni di lokasi proyek fly over Simpang Surabaya terjadi kebocoran pipa 600 sebanyak tiga kali, di lokasi proyek underpass Beurawe pipa diameter  400 mm bocor sebanyak dua kali, dan di jembatan Krueng Cut sebanyak lima kali kebocoran pada pipa 200 mm.

Pengamat pembangunan Aceh Hamdan Husein menilai, pembangunan sejumlah proyek di Banda Aceh terkesan tidak matang dalam perencanaan. Konsep pembangunannya sudah bagus, hanya saja perencanaannya yang kurang teliti. Menurutnya, seharusnya fasilitas publik seperti  pipa PDAM, jaringan kabel PLN  dan jaringan kabel PT Telkom harus sudah dipindah jauh hari sebelum proyek dimulai sehingga pihak-pihak yang terkena dampak dapat segera mempersiapkan segala kemungkinan yang diakibatkan.

Yang terjadi saat ini, kata Hamdan, justru sebaliknya. Di saat pembangunan sedang berlangsung dan terjadi kerusakan pipa atau kabel barulah mereka melakukan pembongkaran dan pemindahan sehingga tidak ada konsep pemetaan yang konkrit. Dia menyarankan, ke depan jika masih ada proyek-proyek seperti ini hendaknya dirembuk dengan semua pihak terkait sehingga kerusakan fasilitas umum tidak perlu terjadi. (Muhammad Ali/Staf Teknik PDAM Tirta Daroy)