PDAM Kutai Timur Sehat Berkat Pembenahan SDM
Oleh sebab itu, pembinaan, pelatihan, dan pengembangan serta memberikan motivasi kepada seluruh karyawan harus terus dilakukan secara rutin, berkesinambungan dan terarah. Nah, untuk merealisasikan pembinaan dari sisi pelatihan karyawan ini PDAM Kutai Timur mengalokasikan tak kurang dari Rp 1,3 miliar setiap tahunnya atau sekira 1,75 persen dari total anggaran.
“Alhamdulillah dari 184 karyawan, hampir 90 persen telah dilakukan pembinaan dan pelatihan. Yang sudah mengikuti diklat berbasis kompetensi YPTD Pamsi dari tahun 2009 hingga awal 2018 sebanyak 70 orang. Rata-rata jumlah karyawan yang dikirimkan untuk mengikuti diklat berbasis kompetensi per tahunnya adalah 12 orang,” ujar Direktur PDAM Kutai Timur Aji Mirni Mawarni, saat dihubungi awal April 2018.
Ia bersyukur dengan berbagai upaya pembinaan tersebut, dapat meningkatkan kinerja PDAM, bahkan melebihi yang diharapkan. Apalagi, lanjut sosok yang akrab disapa Mawar, pelatihan yang diberikan berkesinambungan dan terarah sehingga skill mereka semakin terasah. “Di awal sangat berat mengajak mereka bekerja dikarenakan ketika saya masuk terdapat 18 bulan tunggakan gaji karyawan, dimana mereka sebagian mendapatkan pemasukan dari penyambungan ilegal dan kas bon dari pembayaran rekening air yang diterima, ditambah lagi dana kas PDAM yang Rp 0,” cerita Mawar, yang menjabat sebagai Direktur Utama sejak 2011 hingga sekarang.
Dilanjutkannya, mayoritas pendidikan karyawan PDAM saat awal ia menjabat yakni setingkat SMA, dan wawasan mengenai bagaimana pengelolaan PDAM hampir semua tidak memahami. Jangankan memiliki program pengembangan SDM, visi dan misi saja tidak dimiliki. Karenanya, perlu kerja keras membuat mereka percaya terhadap kepemimpinan yang baru. Tidak hanya meyakinkan internal, mawar juga perlu bekerja keras untuk meyakinkan eksternal, terutama Pemerintah dan DPRD, menjelaskan secara detail permasalahan dan kondisi PDAM, bahkan terkadang dilakukan secara ‘face to face’ kepada mereka yang berkompeten mengurusi dan mengatur kebijakan PDAM.
Hasilnya tidak sia-sia. Bila di tahun 2008 kondisi masih Sakit, tahun 2009-2010 sudah beranjak menjadi Kurang Sehat, dan 2011 hingga saat ini sudah Sehat. “Di awal-awal saya menjabat sebagai Dirut, PDAM waktu itu diberikan dukungan dalam bentuk penyertaan modal sebesar Rp 38 miliar dan subsidi sebesar Rp 15 miliar. Penyertaan modal ini digunakan untuk perbaikan manajemen PDAM secara menyeluruh termasuk biaya pembinaan dan pengembangan karyawan, serta penyelesaian tunggakan 18 bulan gaji karyawan (setelah dipotong kas bon dan temuan penyambungan ilegal),” urai Mawar.
Dengan dukungan, baik moril maupun materil dari Pemkab Kutim, PDAM dapat mengirimkan karyawan di berbagai pelatihan, salah satunya yang wajib diikuti karyawan adalah pelatihan manajemen air minum dari tingkat Muda hingga tingkat Utama, memagangkan karyawan di PDAM sehat seperti PDAM Kota Palembang dan PDAM Kota Banjarmasin, mengikutkan karyawan pada pelatihan yang tidak hanya untuk menambah pengetahuan dan keahlian saja tapi juga spritual seperti training ESQ, yang wajib diikuti oleh karyawan (sebagian karyawan saat ini sudah mengikuti training ESQ hingga level 3, dan akan memasuki training ESQ level 4).
“Di tiga tahun pertama, dampak dari pengembangan SDM yang dilakukan di lingkungan PDAM sangat dirasakan oleh stakeholder dengan adanya pelayanan PDAM yang makin baik dan PDAM menjadi sehat. Selain itu, kegiatan-kegiatan air bersih yang diusulkan PDAM selalu menjadi prioritas,” pungkas Mawar. AZ