PDAM Karanganyar Temukan Kebocoran di Atas 40 Persen
Dari hasil evaluasi yang dilakukan, ada indikasi kehilangan air di PDAM Tirta Lawu lebih dari 40 persen mengingat selama ini PDAM belum pernah melakukan evaluasi menyeluruh terkait kondisi sistem distribusi eksisting. “Sehingga aliran air yang sampai di pelanggan tidak dapat optimal. Masih rendahnya penguasaan dasar ilmu bidang air minum bagi karyawan PDAM menyebabkan mereka sulit menangani permasalahan aliran di pipa distribusi,” ujar Direktur Utama PDAM Tirta Lawu Prihanto, S.E., M.M., dalam siaran pers yang diterima redaksi, baru-baru ini.
Untuk membenahi permasalahan tersebut, berbagai langkah dilakukan manajemen Tirta Lawu salah satunya dengan menggandeng Akatirta Magelang. Bersama Tim Akatirta yang dipimpin sang direktur, Awaluddin Setya Aji, dikupas semua masalah di sistem distribusi berikut penyelesaiannya. Kerja sama juga bertujuan memperkuat sistem operasi sejak dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengoperasian dan pemeliharaan.
Menurut Direktur Akatirta Awaluddin Setya Aji, tahap awal kerja sama digelar pelatihan dan workshop terkait perencanaan, optimalisasi jaringan dan identifikasi kehilangan air. Pelatihan diikuti 18 karyawan Tirta Lawu dari berbagai bidang selama 2 bulan. Mereka dilatih untuk memahami sistem distribusi berdasarkan peta jaringan, kemudian dijadikan data untuk dianalasis menggunakan program komputer Epanet. Hasil analisis akan diimplementasikan di lapangan dengan pembentukan District Metered Area (DMA) dan mengganti jaringan distribusi yang bermasalah.
Di tengah-tengah kegiatan pelatihan dan kunjungan lapangan, Awaluddin mengatakan telah banyak menemukan permasalahan mulai dari meter air pelanggan, hingga jaringan distribusi yang berpotensi bocor. Tahap yang tidak kalah penting adalah melakukan evaluasi terhadap kebocoran secara administratif. Selain akan lebih cepat dilakukan dan diketahui besarannya, solusi ini nantinya bisa dengan cara mengganti meter air yang rusak maupun melengkapi segel yang sudah hilang.
Terkait jaringan distribusi yang bermasalah, menurut Prihanto, sejak terpasangnya di wilayah Perumnas Palur pada tahun 1981, belum pernah ada upaya untuk mengevaluasi dan mengganti pipa yang usianya sangat tua. Sehingga aliran air di wilayah tersebut sulit terpecahkan walau terus diupayakan penambahan debit. Untuk mengatasi hal tersebut perlu kajian yang mendalam agar keputusan yang diambil menjadi efisien dan efektif.
“Delapan belas karyawan ini ke depan diharapkan bisa menjadi pemecah masalah yang ada di PDAM, khususnya di sistem transmisi-distribusi. Mereka dilatih untuk bekerja secara tim dan bekerja berdasarkan hasil analisis yang mendalam, terlebih lagi telah menggunakan program komputer Epanet yang dirilis Environmental Protection Agency Amerika Serikat,” demikian Prihanto. (Red)