Membantu Pemenuhan K3 Melalui SCADA

Sejalan dengan tuntutan era revolusi industri 4.0 dan berbagai tantangan di tengah pandemi Covid-19, kebutuhan operasional dan monitoring BUMD air minum secara online perannya semakin vital. SCADA sebagai sistem kendali industri berbasis komputer yang dipakai untuk pengontrolan proses pelaksanaan SPAM menjadi penting. Salah satunya untuk memenuhi standar pelayanan K3 air minum.

Terkait hal tersebut, PERPAMSI pada Rabu, 8 Juli 2020 lalu, menyelenggarakan Webinar Seri Teknik SPAM yang mengusung tema: “Konsep Membangun SCADA SPAM”. Kegiatan ini dipandu Dwike Riantara, Kepala Biro Pemberdayaan Organisasi PERPAMSI, dan co-Moderator Desi Galuh Indarko dari Perumdam Tugu Tirta Kota Malang. Webinar ini menghadirkan Hari Sundana, Operasional Senior Manager Perumdam Tirta Raharja dan Ramdan Purnama, NRW Supervisor Perumdam Tirta Raharja.

Dalam paparannya Hari mengatakan, SCADA berperan sebagai tools yang mempermudah setiap pegawai dalam melaksanakan kegiatan operasional. Bisa di bagian produksi, jaringan, maupun pelanggan. Melalui SCADA bisa dilakukan controling maupun monitoring  sehinggga dapat dilakukan optimalisasi sekaligus meminimalisasi risiko kegagalan proses penyelenggaraan SPAM dari hulu ke hilir.

Hari mengungkapkan, pengembangan sistem SCADA di Perumdam Tirta Raharja dimulai  sejak 2009. Hanya saja, saat itu,  tahapannya  baru pengenalan dengan membangun SCADA di IPA Sukamaju. Meski sudah full automatic tetapi masih bersifat lokal. Kemudian, pada 2015, dilakukan pembangunan SCADA pada IPA Ciparay yang juga masih bersifat lokal. Juga sudah dilakukan pemasangan data logger DMA dan pembuatan dashboard data logger. Hanya, saat itu, komunikasi data melalui SMS masih satu hari sekali. Belum bisa diakses dari jarak jauh.

Merasa masih belum puas, karena respons yang belum sesuai kebutuhan, Perumdam tersebut pada 2017 melakukan pembangunan SCADA secara mandiri setelah dirasakan sudah memahami dan mengenal sistem dan software-nya. Saat itu, Tirta Raharja boleh dibilang memulai membangun dari nol. Beberapa instalasi didesain ulang meskipun  eksistingnya ada. Tujuannya agar bisa lebih memahami, lebih mengerti, dan lebih mudah  dalam melakukan perbaikan ketika terjadi masalah. Pemasangan RTU dan data logger dilakukan dan komunikasinya sudah memakai GPRS.

Lalu, pada 2020, menurut Hari, Tirta Raharja mengembangkan beberapa software, dan mendesain SCADA pada seluruh SPAM. Baik di instalasi, jaringan, maupun pelanggan. SCADA tersebut juga diintegrasikan dengan GIS dan web monitoring, serta dapat dapat dikontrol dari jarak jauh melalui gadget.

“Jadi konsep sistem SCADA yang ada, kami coba kembangkan mulai dari IPA dan reservoir, jaringan distribusi utama (JDU), DMA dan pelanggan potensial. Khusus untuk DMA sudah kita mulai sejak 2015, lalu lanjut ke JDU dan kemudian kita kembangkan ke pelanggan potensial. Jadi semua dari hulu sampai hilir ini kami semua kontrol dan bisa dimonitoring dengan bantuan konsep SCADA ini,” tandas Hari.

Dari sisi arsitekturnya, Tirta Raharja  tidak menghilangkan dan tidak mengganti yang sudah eksisting. Hanya ada penambahan sesuai kebutuhan yang diakomodir di instalasi dan di lapangan. Semua mengikuti platform yang sudah ada dengan melakukan pembangunan secara berkesinambungan. Instrumentasi umum SCADA di SPAM Tirta Raharja meliputi data logger, remote terminal unit (RTU), flowmeter, dan pressure sensor.  

Mengintegrasikan semua SPAM dalam satu layar

Dalam perkembangannya sekarang ini, tambah Ramdan Purnama, melalui SCADA, Perumdam Tirta Raharja sudah bisa memantau semua SPAM dalam satu layar secara online dan realtime.  Mulai dari produksi, distribusi, sistem di zona, sistem pembubuhan di kogulasi SCN-nya, kualitas air, sampai pemantauan level reservoir. Dengan demikian, dapat diketahui SPAM mana yang kinerjanya normal dan mana yang mengalami kendala berdasarkan indikator warna. Warna hijau berarti termonitor normal, dan merah berarti ada kendala yang harus diperbaiki.

Sesuai perkembangan dan kebutuhannya, saat ini Tirta Raharja sudah menggunakan sistem software SCADA yang dapat menerima dan mengintegrasikan seluruh data dari data logger dari berbagai platform. Setelah diterima server,  identifikasinya dilakukan dengan penandaan berbeda sesuai sumber datanya. Termasuk juga informasi mengenai tren masing-masing bagian di semua SPAM.

Selanjutnya, seiring dengan pengembangan GIS di Tirta Raharja, maka dilakukan integrasi data SCADA dengan GIS. Dengan demikian, data yang ada, salah satunya data jaringan perpipaan, dapat dimanfaatkan melalui pengintegrasian SCADA dengan GIS. Yang tak kalah penting adalah SCADA untuk memantau pelayanan terhadap pelanggan potensial, seperti pelanggan industri yang sangat vital terhadap pendapatan.

Maintenance kehandalan sistem

Diskusi dalam webinar tersebut juga ditanggapi antusias oleh sejumlah perserta. Suherman, Konsultan IT Independen mengungkapkan, beberapa peralatan SCADA dari sisi sensor dan harga, sebenarnya proporsional dibandingkan manfaatnya. Namun, ia menanyakan bagaimana cara melakukan maintenance secara tertib? Karena masalah ini banyak dihadapi PDAM yang memasang SCADA yang cepat rusak dan harus sering diganti.

Menjawab hal ini, menurut Ramdan, keandalan sistem tersebut dapat terpenuhi jika standar operasional dan prosedurnya (SOP) terpenuhi. Seperti dengan pemeliharaan rutin sesuai SOP. Karena memang instrumen SCADA yang dipasang benar-benar sangat sensitif, maka ini akan berpengaruh sekali terhadap kinerja dari SCADA. Hari menambahkan, maintenance dan menyikapi notifikasi dari alarm harus segera dieksekusi agar tidak mengganggu kinerja sistem SCADA.

Hari juga sepakat dengan Arpat dari PT Adhya Tirta Batam yang menyatakan bahwa sebelum mengaplikasikan SCADA, sebaiknya para penyelenggara SPAM menyusun blueprint dan melakukan inventarisasi aset di lapangan. Dengan demikian, sistem SCADA tersebut dapat dibangun sesuai kebutuhan yang sesuai dengan rencana ke depan. Tentunya juga dengan menyusun anggaran untuk maintenance-nya. Pengembangan sistem SCADA juga dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anggaran yang ada.

Menanggapi pertanyaan mengenai pembangunan sistem SCADA yang disusun secara konvensional dan keterjangkauan harganya, menurut Hari, Tirta Raharja juga memulainya dari nol  yang awalnya masih konvensional. Sedangkan kisaran biaya software SCADA dinilai masih terjangkau kemampuan. Deni Arisandy

Artikel ini sudah dimuat di Majalah Air Minum PERPAMSI Edisi Nomor 299 Agustus 2020