Masyarakat Air Minum ASEAN Mendesak Komitmen Pemerintah
Dalam acara tersebut, hadir sejumlah organsasi air minum ASEAN, antara lain, Phnom Penh Water Supply Authority (PPWSA) Kamboja, Siem Reap Water Supply Authority (SRWSA) Kamboja, Thimphu City Corporation Butan, Vientiane Capital Water Supply State Enterprise (NPNL) Laos, Penang Water Supply Corporation Malaysia, Maynilad Water Services, Inc (Maynilad) Philipina, Public Utilities Board (PUB) Singapura, Thua Thien Hue Construction and Water Supply State-one Member Company Limited (Hue WACO) Vietnam, dan Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (PERPAMSI)
Dari Indonesia, Wakil Ketua Umum PERPAMSI Muslih didampingi Ketua Departemen SDM DPP PERPAMSI Darwis Dolmanan turut menghadiri pertemuan ini. Seperti diketahui, PERPAMSI dan MWA sebelum ini telah menjalin kerja sama. Hal itu ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) yang dilakukan di kantor pusat MWA di Bangkok, Thailand, 5 Juni 2013.
Dalam pertemuan tersebut, tiap negara peserta diberikan kesempatan untuk mempresentasikan kesiapan masing-masing negara dalam pemenuhan air minum kepada masyarakat. Terutama dalam kaitannya dengan dibukanya era Masyarakat Ekonomi ASEAN. Saat tiba giliran memberikan presentasi, Muslih memaparkan hal-ihwal PERPAMSI, terkait fungsi dan kedudukannya di bidang air minum di Indonesia.
Lebih lanjut Muslih menjelaskan, terkait dengan dibukanya kran Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), di mana aliran tenaga kerja dapat dengan lebih leluasa keluar-masuk dan bersaing secara fair, PERPAMSI bersama-sama dengan stakeholder lain seperti Ditjen Cipta Karya (Kementerian PUPR), Kementerian Kesehatan, Ditjen keuangan Daerah (Kemendagri), serta Bappenas, telah melakukan berbagai langkah antisipatif. Salah satunya dengan menyiapkan tenaga-tenaga profesional dan juga meningkatkan kompetensi dari karyawan-karyawan yang sudah bekerja melalui satu lembaga yang disebut Lembaga Sertifikasi Profesi Air Minum Indonesia (LSP-AMI).
LSP–AMI merupakan lembaga independen dan profesional di dalam menyelenggarakan sertifikasi kompetensi bagi profesi pengelola sistem penyediaan air minum. Lembaga ini menjadi rujukan profesionalisme bagi tenaga kerja industri air minum di Indonesia.
Lembaga ini bertugas mengembangkan standar kompetensi, menetapkan skema sertifikasi kompetensi, dan tempat uji kompetensi di bidang air minum. Memiliki tanggung jawab teknis dan administrasi atas implementasi, pembinaan, dan pengembangan standar kompetensi dan sertifikasi kompetensi. Dengan adanya LSP – AMI, Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) di bidang pengelolaan air minum dan perkembangan teknologi pengelola air minum yang diperlukan oleh industri dapat lebih cepat disiapkan dan diselaraskan dengan lembaga pelatihan/pendidikan.
Problem Serupa Tak Sama
Muslih menilai, keikutsertaan PERPAMSI di ajang internasional seperti ASEAN Waterworks Executive Meeting menjadi sangat penting. Di ajang tersebut, para peserta dapat menyerap berbagai isu yang berkembang di seputar dunia air minum. Hal tersebut, tak lain sebagai bagian dari upaya terus-menerus menghadapi arus global dan juga telah dibukanya kran MEA.
“Indonesia bagaimanapun harus bersaing dengan negara negara di ASEAN dalam menghadapi MEA. PDAM tanpa kecuali harus meningkatkan kemampuan dirinya yang dikelola dengan lebih profesional untuk berkompetisi. Dalam hal ini, penting sekali adanya dukungan yang kuat dari pemerintah dalam pengembangannya serta kenaikan tarif air tanpa melibatkan kepentingan politik,” ujar Muslih kepada Majalah Air Minum di sela-sela acara, di Bangkok, Thailand.
Salah satu kenyataan menarik adalah munculnya beberapa poin krusial yang ternyata menjadi perhatian bersama para peserta pertemuan. Dari diskusi-diskusi yang dilangsungkan terkait kendala dalam pemenuhan air minum, sejumlah negara memiliki problem yang sama. Misalnya saja masalah sumber air baku, tarif, sumber daya manusia (SDM), dan masih kurangnya dukungan yang ditunjukkan pemerintah.
Terkait rendahnya komitmen pemerintah, ternyata bukan hanya dirasakan oleh sebaghian besar wilayah di Indonesia. Di Penang-Malaysia, dan Phnom Penh-Vietnam, dukungan dan komitmen dari pemerintah dirasakan belum total. Salah satu parameternya antara lain mengenai persoalan tarif yang belum mengalami kenaikan sejak 2006.
Organisasi-organisasi air minum di ASEAN ini berharap, ke depan mereka tetap dapat melayani masyarakat sebaik-baiknya dan seluas mungkin. Tentu, upaya tersebut harus mendapat dukungan pemerintah melalui penyediaan sumber air baku yang cukup, regulasi yang mudah, kenaikan tarif yang kontinyu, serta sumber daya manusia yang mumpuni.
MWA sendiri merupakan perusahaan negara yang bertanggung jawab mencari dan menjaga sumber air baku, memproduksi dan mengalirkan air bersih yang sesuai dengan standar WHO kepada 3 provinsi di Thailand, yakni Bangkok, Nonthaburi, dan Samut Prakan. Untuk tujuan menjadi organisasi internasiona dan terbaik di Thailand, organisasi ini telah melakukan kerja sama dengan beberapa negara di ASEAN,termasuk dengan PERPAMSI dari Indonesia. Kerja sama difokuskan pada pertukaran pengetahuan dan pelatihan di berbagai bidang seperti teknik, pengembangan SDM, dan akademik. (Rsm)