Jalankan Program NRW, Jangan Menunggu Hingga Sempurna
Kalimat ini menjadi motto dan motivasi Suwito dalam bekerja, terutama saat diberi tanggung jawab sebagai Manajer NRW PDAM Kota Malang (kini Perumdam Tugu Tirta), 2014-2018. Kini, setelah purna tugas di PDAM Kota Malang, dan dipercaya sebagai NRW Modelling Expert/Senior Advisor NRW PT PAM Lyonnaise Jaya, 2019-sekarang, motto ini tetap ia pegang.
Tak bisa dipungkiri, Suwito adalah salah satu sosok dibalik kesuksesan Perumdam Tugu Tirta dalam program NRW mereka. Di bawah komandonya, yang kala itu menjabat Manajer NRW, ia berhasil membawa perubahan signifikan terhadap NRW di Kota Malang. Bertahun-tahun setelahnya, BUMD tersebut banyak dikunjungi dan dijadikan salah satu rujukan dan tempat belajar terkait NRW.
Diceritakan, pada tahun 2009, ketika Suwito baru diangkat menjadi Asisten Manajer NRW, PDAM mendapat surat teguran dari wali kota yang mendapat temuan dari BPKP bahwa NRW Kota Malang 41,5 Persen. Hal ini membuat pihak manajemen menjadi sadar dan berkomitmen untuk membuat program penurunan NRW.
“Saya diminta membuatkan konsep awalnya dan ternyata disetujui dan harus sudah mulai dijalankan pada tahun 2010. Sehingga bermodal rancangan yang sudah ada, saya meminta untuk dibuatkan tim yang sepaham agar tidak banyak perdebatan. Selain itu, agar pekerjaan dapat selesai, saya meminta untuk dapat memperkerjakan tukang gali melalui outsourcing karena jumlah SDM internal tidak mencukupi,” cerita Suwito kepada Majalah Air Minum, belum lama ini.
Saat itu Suwito tidak menjanjikan dapat menurunkan NRW. Namun apabila mau menurunkan NRW berdasar pendampingan dari USAID dan BPPSPAM, maka prosedur yang harus dilakukan adalah melakukan pemasangan DMA. Sehingga target Suwito adalah menyelesaikan pemasangan 131 DMA di 11 zona pelayanan.
Ketika saya menjabat Manajer NRW pada tahun 2014, NRW PDAM Kota Malang sudah di angka 20 persen dan pelanggannya sudah 145 ribuan. Dan ketika saya pensiun pada tahun 2018 NRW sudah 19 persen.
Selama proses pengerjaan pemasangan DMA berjalan, secara paralel ia melakukan penghitungan angka NRW pada DMA yang telah dipasang. Ternyata hal tersebut terbukti. Pada tahun 2011, NRW PDAM turun dari 41,5 persen menjadi 38 persen dan setelah pemasangan DMA selesai pada tahun 2012 turun dari 38 menjadi 35 persen. Sehingga untuk menyimpan air yang terselamatkan, harus ada pembangunan reservoir di titik-titik tertentu agar aliran air tetap terjaga selama 24 jam, dan tekanan dapat dipertahankan antara 0,3 hingga 0,5 bar.
Tidak cukup itu saja, secara simultan juga harus ada strategi pemasaran untuk mendistribusikan air yang tersimpan untuk memperluas pelayanan kepada masyarakat. Sehingga PDAM memiliki pendapatan baru untuk melakukan investasi. Nah, setelah membangun banyak DMA, dan reservoir-reservoir baru ternyata masih terdapat kebocoran di beberapa tempat karena pada jam-jam tertentu ada peningkatan tekanan air, akhirnya dilakukan pemasangan pressing reducing valve (PRV) yang dapat menurunkan tekanan.
“Sehingga ketika saya menjabat Manajer NRW pada tahun 2014, NRW Kota Malang sudah di angka 20 persen dan pelanggannya sudah 145 ribuan. Dan ketika saya pensiun pada tahun 2018 NRW sudah 19 persen,” senyum Suwito.
Memberikan presentasi terkait program NRW Paliya, tahun 2019.
Dipinang Palyja
Setelah pensiun dari Tugu Tirta, pada 2019 Suwito dipinang PT PAM Lynonnaise Jaya (Palyja). Di sana ia diminta sebagai NRW Modelling Expert. “Saya diminta menangani pilot project penurunan NRW di Jakarta. Saat itu saya meminta untuk menangani tingkat kebocoran yang paling parah yaitu PA Taman Palem,” katanya.
Setelah mempelajari sistem jaringannya, Suwito meminta dibangunkan reservoir 1.000 meter kubik dan melakukan pemasangan tiga DMA. Ia pun menargetkan satu tahun selesai. Namun hal tersebut di luar dugaan karena ternyata tiga tahun baru selesai. Mengapa bisa lama? Karena izin gali untuk memasang DMA di Jakarta sangat lama. Dan dibutuhkan waktu satu tahun untuk memasang masing-masing DMA. Namun setelah DMA terpasang, hal teknisnya teratasi karena NRW PA Taman Palem yang awalnya 46 persen, sekarang sudah menjadi 20 persen.
Setelah pilot project selesai, kemudian Suwito ditunjuk untuk menjadi Senior Advisor NRW. Sehingga, Suwito harus mulai berpikir secara keseluruhan area layanan yang menjadi tanggung jawab Palyja. Langkah awal yang ia lakukan adalah memahami seluruh sistem distribusinya dan saat ini sedang dianalisa. Secara teknis, lanjut Suwito, strateginya akan tidak jauh berbeda. Namun dibutuhkan penyesuaian dan komitmen karena kondisi teknis dan non teknis di Jakarta dan Malang kalau bisa diukur pakai skala yaitu satu banding enam. Jadi ia harus lebih detail menghitungnya.
Tips menjalankan program penurunan NRW
“Kuncinya adalah mengetahui infrastruktur jaringan distribusi karena dengan mengenali sistem dan distribusi-transmisi pelayanan air minum kita dapat menentukan strategi tindakan. Apakah akan membangun DMA dan reservoir serta pemasangan PRV, atau cukup membangun DMA saja. Sebab selain kondisi infrastruktur jaringan, kondisi geografis daerah juga sangat menentukan strategi yang harus diambil,” katanya.
Langkah selanjutnya, melakukan persiapan pembangunan DMA. Jangan sampai salah pasang karena tata letak DMA, reservoir sangat menentukan banyaknya air yang dapat diselamatkan. Lalu melakukan evaluasi dan perbaikan atas hal-hal yang telah dilakukan.
“Dan yang terpenting adalah jangan menunggu sempurna, namun disempurnakan sembari dijalankan,” pungkas Suwito.
Penulis: Elmy Diah Larasati
Editor: Ahmad Zazili
Artikel dan tulisan lengkap silakan baca Majalah Air Minum Edisi No. 312 September 2021