Berbagi Solusi Pengelolaan SPAM
Menurut Tamin M. Zakaria Amin, SPAM Indonesia memiliki dua tantangan terberat yakni pengoperasian dan pengelolaan infrastruktur terbangun. Tantangan lainnya, perencanaan strategis untuk menjaga, memperbaharui dan memperluas aset infrastrukur untuk memenuhi permintaan ke depan. Dua hal itu diharapkan memicu direksi BUMD AM di setiap daerah harus bisa bergerak dinamis agar bisa mencapai target. Mantan Ketua BPPSPAM ini menegaskan, pihak pengelola BUMD AM harus bisa mengubah mindset.
Perubahan itu dilakukan dengan dua kegiatan, yakni kemampuan dinamis yang dilakukan terencana, misalnya dengan jangka waktu lima tahun. Dari perubahan ini diharapkan operasional BUMD AM bisa berlangsung secara rutin dan efisien. Perencanaan kegiatan lainnya kewirausahaan strategis. Sama halnya kegiatan pertama dengan jangka waktu atau bussines plan yang sudah dirancang sedemikian rupa diharapkan cakupan layanan dan kualitas layanan lebih meningkat.
Dua hal paling penting untuk bisa menuntaskan solusi BUMD AM yang selama ini ada, Tamin berharap para direksi atau pengelola menggali jiwa entrepreneurship mereka dan melakukan local innovation. “Saya harapkan direksi lebih banyak memiliki jiwa enterpreneurship dan entertainment, passion tinggi. Kondisi sekarang berubah, berubah mindset,” kata Tamin membuka diskusi bertajuk “Permasalahan Seputar Air Minum”, yang diselenggarakan PERPAMSI secara daring, Kamis (28/4) lalu.
Selain jiwa entrepreneurship, direksi BUMD AM juga harus melakukan banyak local innovation. Inovasi ini penting karena mereka sendiri yang mengetahui masalah utama yang dihadapi.
Jiwa entrepreneurship dan inovasi
Menemukan peluang dalam setiap masalah menjadi salah satu strategi bagi penyelenggara SPAM untuk lebih kreatif. Mereka ditantang menggali jiwa entrepreneurship agar bisa mendapatkan keunggulan atau keuntungan dari permasalahan yang dihadapi. “Entrepreneurial opportunity hanya ada jika barang ataupun pelayanan yang ditawarkan bisa diperkenalkan di atas biaya produksi,” terang Tamin.
Untuk menangkap peluang tersebut, dibutuhkan strategi jitu dari pihak pengelola. Misalnya saja sebagai awal, Tamin menggambarkan setiap BUMD AM harus memiliki bussines plan untuk bisa meyakinkan orang lain tentang strategi mereka, misalkan saja meyakinkan perbankan, wiraswasta, ataupun pemerintah daerah dan pusat.
Sebagai contoh, Tamin menggambarkan kejadian di Jawa Barat ketika ada pergantian 110 water meter. Sebelum pergantian pemakaian air mencapai 1.000 meter kubik. Namun setelah pergantian tercatat pemakaian air ternyata dua kali lipat, yakni 2.300 meter kubik. Pendapatan pun berubah dari awalnya Rp1,7 miliar naik tiga kali lipat. Hal ini juga yang dilakukan PDAM Kota Palembang. Pergantian 100 persen water meter mengubah pendapatan mereka lima kali lipat.
Kebijakan mengganti water meter diiringi kenaikan tarif berhasil memicu pendapatan dan mampu membantu memperbaiki utilitas BUMD AM. Dengan pendapatan itu pelayanan diharapkan lebih berkualitas dan sistem yang dihasilkan berkesinambangunan hingga memperluas jaringan. “Direksi memastikan water meter-nya berjalan baik. Jangan sekali-sekali beli water meter yang kualitasnya jelek,” tegas Tamin.
Soal tarif, ia menyarankan tidak menjual air lebih rendah dari biaya produksi. Tapi juga jangan menargetkan laba terlalu besar agar tidak merugikan masyarakat. “Perlu ada regulator untuk melihat ini. Dana pusat lebih terbatas, dana lebih besar ke direktif presiden. Direksi BUMD AM harus lebih kreatif, inovatif dan meningkatkan manajerial skill,” imbuh Tamin.
Selain jiwa entrepreneurship, direksi juga harus melakukan banyak local innovation. Inovasi lokal ini penting karena mereka sendiri yang mengetahui masalah utama yang mereka hadapi. Di samping itu, direksi juga harus memiliki perencanaan yang baik ketika ingin memperluas pelayanan. Apabila dalam realisasinya ada masalah dalam penyelesaian, barulah mereka bisa meminta bantuan dari pusat.
Kenapa demikian, karena bila solusi dilakukan dari luar, yang dibuat itu kadangkala tidak seperti yang dinginkan. Bahkan, akan membuang dana APBN. Padahal APBN sangat sulit didapatkan dan bisa jadi berasal dari Surat Utang Negara (SUN) atau obligasi pemerintah.
Untuk menangkap peluang tersebut, dibutuhkan strategi jitu dari pihak pengelola. Misalnya saja sebagai awal, Tamin menggambarkan setiap BUMD AM harus memiliki bussines plan untuk bisa meyakinkan orang lain tentang strategi mereka, misalkan saja meyakinkan perbankan, wiraswasta, ataupun pemerintah daerah dan pusat.
Prinsip 6C
Dalam penyelesaian masalah penyediaan air minum, mantan Direktur Pengembangan Air Minum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, itu juga menjelaskan tentang prinsip 6C. Ketika prinsip ini diterapkan secara benar maka bussines plan bisa dirancang untuk digunakan dalam penyelesaian masalah atau meyakinkan pihak lain.
“Kerja di air harus ada 6C, dua hal melekat pada air yakni complexity dan conflict. Makanya diperlukan competency to overcome complexity, serta communication, coordination and cooperation to overcome conflicts,” terang Tamin.
Ia mencontohkan kejadian di salah satu BUMD AM di Jawa Timur. Setiap tahun terjadi penyanderaan petugas PDAM oleh petani karena masalah kompleks atas air. “Jangan pernah menggunakan kewenangan dalam menyelesaikan konflik seperti ini karena biasanya hasilnya mentok,” lanjut Tamin.
Penulis: Tya Marenka
Tulisan lengkap baca di Majalah Air Minum Edisi Nomor 321 Juni 2022
klik: http://www.majalahdigital.web.id (berlangganan)